gantungankoran photo gantungankoranblogspot.gif
 photo cooltext1129630648.gif

Menebar Jakarta Enjoy

Menebar Jakarta Enjoy
Dewa Gde Satrya ;   Dosen Bisnis Turisme Universitas Ciputra
JAWA POS, 22 Juni 2013



PERAYAAN HUT Jakarta kali ini terasa berbeda. Memang, rangkaian acara pesta rakyat dan berbagai event bernuansa turisme yang dihelat tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, citarasa perayaan ulang tahun ibu kota negara yang puncaknya pada 22 Juni itu berbeda karena kali pertama pada zaman Jokowi-Ahok. 

Magnet pasangan pemimpin tersebut masih terasa hingga sekarang. Euforia terpilihnya Jokowi-Ahok bahkan membuat histeris banyak warga DKI ketika bertemu mereka. Sihir dan magnet pemimpin sangat penting untuk meningkatkan kualitas tagline ''Enjoy Jakarta'' dalam realitas keseharian kota yang memasuki usia 486 tahun itu. 

HUT ini ditandai rintisan Pekan Raya Jakarta (PRJ) ''rakyat'' di Monas sebagai pilihan dari PRJ yang selama ini di Kemayoran. Sebelum pada pengujung 2012, Jokowi membuat terobosan positif yang diikuti banyak daerah di Indonesia. Car Free Night yang diterapkan pada perayaan malam tahun baru 2013 mulai Sudirman-Thamrin sampai Medan Merdeka Barat merupakan inisiatif yang inovatif oleh pemerintah daerah setempat. Paralel dengan kebijakan tersebut, dihelat Jakarta Night Festival (JNF) yang dimarakkan dengan 16 panggung hiburan. Jokowi saat itu menyatakan, JNF rencananya menjadi event tahunan.

Atmosfer Jakarta yang enjoy sebagaimana tagline ibu kota negara itu diharapkan benar-benar mengejawantah dirasakan setiap orang di sana. Sinyal ke arah itu memang kian terasa, sekaligus menjadi harapan besar yang menyertai kepemimpinan Jokowi-Ahok. Di media televisi, santer diberitakan terobosan/gebrakan Jokowi mengatasi berbagai persoalan rumit di Jakarta, khususnya persoalan hard side secara setahap demi setahap, mulai urusan kemacetan hingga banjir. 

Selain problem yang bersifat fisik, aspek yang tidak kalah penting mewujudkan Jakarta yang enjoy ada pada rasa aman dan nyaman yang dewasa ini terkesan seperti barang yang mahal untuk didapatkan masyarakat setempat. Sebut saja kekerasan di Jakarta yang masih terus berlangsung.

Atmosfer kenyamanan dan ketenteraman Jakarta pernah terkoyak lewat aksi brutal jalanan yang melibatkan pemuda mabuk dengan korban pejalan kaki. Jakarta terkesan kian tidak ramah. Kematian dan kekerasan di ruang terbuka semakin sering tersiar. Pemerkosaan terhadap penumpang angkutan umum adalah cerita lain buruknya kehidupan jalanan di Jakarta yang sama parahnya dengan kemacetan yang sulit diurai. Jakarta yang dinamai dengan merek Enjoy Jakarta sebagai tema dagangan turisme seakan kontras dengan fakta tersebut.

Trotoar juga perlu ''diberdayakan'' dan tidak sekadar memenuhi persyaratan jalan dengan lebar minimal lima meter untuk pejalan kaki. Trotoar bisa menjadi andalan strategis untuk membangun atmosfer Jakarta yang enjoy. Di atas trotoar dan siapa pun yang melintasi jalanan memiliki hak dan martabat yang sama, tanpa memandang apakah kaya atau miskin, memakai mobil atau berjalan kaki. Melalui trotoar, kita dapat melihat sejauh mana masyarakat kita saling menghargai.

Berjalan kaki merupakan bentuk kontribusi positif yang sederhana dan terkesan sepele kepada kota yang dapat dilakukan setiap warga, mulai anak-anak hingga lanjut usia. Jika selama ini kita merasa kurang nyaman dengan tingkat polusi yang tinggi dan kemacetan di jalan, mengurangi intensitas pemakaian kendaraan bermotor pribadi secara konsisten berarti turut menciptakan suasana baru yang lebih nyaman dan sehat. 

Secara umum, regulasi yang mengatur keselamatan pejalan kaki ada dalam UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 45 dan 46, misalnya, mengatur fasilitas pendukung seperti trotoar, lajur sepeda, tempat penyeberangan pejalan kaki, halte, dan fasilitas pendukung bagi penyandang cacat dan lanjut usia. Pasal 106 ayat 2 menyatakan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda. Serta, pasal 131 dan 132 tentang hak dan kewajiban pejalan kaki dalam berlalu lintas.

City branding yang dibuat pemasar beranjak dari key attributes dan brand promise yang dicanangkan. Alasan logis untuk melakukan city branding adalah memperkenalkan kota/daerah lebih dalam, memperbaiki citra, menarik wisatawan asing dan domestik, menarik investor untuk berinvestasi, serta meningkatkan perdagangan. Bagi daerah, penamaan ini jauh lebih penting dibanding ibu kota Jakarta yang mungkin derajat urgensi pemerekan tidak sevital daerah.

Dimensi city branding mensyaratkan dua hal. Selain menjadi pembeda yang khas dan unggul satu destinasi dengan destinasi yang lain (externally different), city branding harus menginspirasi khalayak di dalam area destinasi yang di-­branding-kan untuk menjalankan laku hidup sesuai falsafah branding itu sendiri (internally inspiring). Karena itu, branding bisa menjadi pisau bermata dua manakala hanya menyampaikan informasi yang palsu tentang keadaan yang sebenarnya ada di dalam area destinasi yang di-branding-kan.

Jakarta yang enjoy ditentukan insan-insan yang tergugah hati, emosi, dan pikirannya untuk mengolah serta mengelola sejauh mana city branding tersebut benar-benar nyata di tengah sinisme. Dengan kata lain, elemen penting Enjoy Jakarta menempatkan pemerintah dan masyarakat Jakarta sebagai ujung tombak yang seharusnya dapat diandalkan untuk menginspirasi warga yang lain (internally inspiring) untuk berbuat sesuatu yang produktif dan konstruktif, pertama-tama bagi lingkungan sekitar di mana pun berada dan pada akhirnya komunitas kota.

Sisi eksklusif inilah yang sebenarnya menentukan keberbedaan Jakarta yang enjoy yang bukan hanya ibu kota yang padat, sibuk, dan mekanis. Setidaknya, ada secuil harapan yang mulai terasa nyata di Jakarta hari-hari ini. Selamat Ulang Tahun Ke-486 DKI Jakarta.

0 comments:

Post a Comment